Psikiater anak dan remaja di Sydney mengkhawatirkan tingginya jumlah pengakses internet yang memanfaatkan ponsel. Fenomena ini sama seperti kecanduan seks dan belanja.
Psikiater anak Philip Tam di Concord, Australia, mengatakan, menggunakan aplikasi jejaring sosial di ponsel berarti masyarakat tidak akan pernah lepas dari jangkauan ruang internet. "Secara harfiah, internet akan ada di kantong kita 24 jam setiap hari. Bagi individu yang sulit mengendalikan diri maka ini sangat mengkhawatirkan," ujar Tam.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pekan ini mengumumkan bahwa dalam satu tahun terakhir, pengakses situs jejaring sosial di ponsel telah meningkat tiga kali lipat dari 65 juta menjadi 200 juta pengguna.
Mengakses Facebook secara seluler dua kali lipat lebih aktif dibandingkan pengguna yang memanfaatkannya di komputer pribadi. "Tujuan kami adalah membuat siapapun masuk ke lingkaran sosial," ujar Zuckerberg.
Tam mengatakan bahwa dampak jejaring sosial yang masuk ke lingkup smartphone adalah menjebak sebagian besar orang ke lingkup informasi yang tidak ada habisnya.
"Perempuan muda mengatakan kepada saya bahwa ia tidak dapat menonaktifkan ponselnya di malam hari karena takut kehilangan informasi atas apa yang dibicarakan orang lain tentang dirinya," papar Tam.
Masyarakat yang menggunakan internet secara berlebihan akan mengidap masalah tidur, tidak dapat berkonsentrasi di kelas dan melupakan kebutuhan sehari-hari mereka.
Penting bagi seluruh pengguna internet dan orangtua untuk mengawasi penggunaan internet. Apalagi, tindakan ini semakin sulit mengingat internet sangat mudah ditemui. Bahkan di saku setiap orang.
Salah satu saran penting, ujar Tam, adalah tidak menaruh komputer di ruang tidur. "Anda tidak harus secara fisik melihat komputer di lingkungan pribadi bahkan di bawah bantal. Anda bisa mengakses internet dan bermain Facebook atau Twitter di balik selimut."
Tam memiliki minat yang tinggi untuk meneliti kecanduan internet dan video game. Berdasarkan keterangan sejumlah ahli kesehatan mental, internet memang mendorong kondisi mengkhawatirkan ini, seperti tercantum dalam media publikasi American Psychological Association.
Di Amerika Serikat dan Inggris sudah ada klinik khusus pengobatan kecanduan internet. Tam mengatakan bahwa pengobatan hanya bisa dicari di psikolog klinis yang berurusan dengan hal-hal seperti fobia dan gangguan obsesif kompulsif.
"Banyak orang yang menganggap fenomena ini bagian dari gangguan mental namun ada pula yang menganggapnya seperti kecanduan belanja atau kecanduan seks," ujar Tam.
Tam tidak suka menggunakan kata kecanduan internet karena kata ini tersirat seperti kecanduan bahan kimia, heroin dan alkohol misalnya. Sebaliknya, ia lebih nyaman dengan penggambaran pengalaman mabuk yang mendalam dan tergoda.
Tam melihat lebih banyak pasien yang kecanduan video game daripada situs jejaring sosial. Contohnya adalah permainan World od Warcraft yang menyebabkan beberapa orang meninggal karena terlalu lama mengakses permainan ini hingga kelelahan.
Bahkan ada beberapa siswa yang putus sekolah karena tidak bisa lepas dari jeratan permainan ini. "Saya melihat banyak orangtua yang takut mengambil ponsel atau komputer anak mereka karena anak tersebut akan melakukan kekerasan," tambah Tam.
Akar masalah ini adalah kurangnya pengakuan resmi atas keberadaan kondisi tersebut. Akibatnya, tidak ada pengobatan kecanduan internet yang terkoordinasi meskipun semakin banyak orang yang tidak tahu bagaimana mengatasi masalah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar